Jupitter News _ Bakteri Dalam Vagina Berlebih, Berbahayakah? Untuk kondisi normal, dalam vagina wanita memang terdapat bakteri. Tapi bila pertumbuhannya berlebihan, hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang menjengkelkan. Apa saja yang terjadi bila bakteri normal vagina tumbuh berlebih? Pertumbuhan berlebih dari bakteri normal dalam vagina disebut bakterial vaginosis. Dulu, kondisi ini disebut Gardnerella vaginitis, setelah bakteri Gardnerella dicurigai sebagai penyebab kondisi ini.
Namun, nama baru bakterial vaginosis, mencerminkan kenyataan bahwa ada beberapa jenis bakteri yang secara alami hidup di vagina dan dapat tumbuh berlebihan. Organisme Gardnerella bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu dan menjengkelkan.
Seperti dilansir dari MedicineNet, Sabtu (19/6/2010), gejala bakterial vaginosis adalah vagina mengeluarkan cairan dan berbau, biasanya tidak disertai gejala lain. Banyak wanita dengan bakterial vaginosis sebenarnya tidak memiliki gejala sama sekali, tapi yang lain mengalami bau amis yang tidak menyenangkan dengan vagina.
Jumlah cairan vagina yang normal dapat bervariasi antara wanita satu dan lainnya. Cairan dari bakterial vaginosis biasanya tipis dan berwarna putih keabu-abuan, yang sering terjadi setelah hubungan seksual. Dalam kehamilan, bakterial vaginosis dapat menyebabkan kelahiran prematur, infeksi cairan ketuban, dan infeksi rahim setelah melahirkan.
Peneliti mengalami kesulitan menentukan penyebab dari bakterial vaginosis. Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama bakteri anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis dan pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan salah satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak diketahui.
Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat meningkatkan peluang terjadinya bakterial vaginosis, seperti berhubungan dengan banyak pria, merokok, pola makan tak sehat, kelelahan, menggunakan bahan kimia (cairan pembersih), atau obat-obatan tertentu.
Namun, peran aktivitas seksual dalam pengembangan kondisi ini tidak sepenuhnya dipahami, karena bakterial vaginosis juga dapat terjadi pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengobatan yang umum untuk bakterial vaginosis biasanya menggunakan antibiotik. Tapi bila Anda mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter maupun ke laboratorium untuk dapat memastikannya. Karena jika anda tidak aware terhadap hal ini, bisa jadi malah timbul hal hal yang tidak anda inginkan
Namun, nama baru bakterial vaginosis, mencerminkan kenyataan bahwa ada beberapa jenis bakteri yang secara alami hidup di vagina dan dapat tumbuh berlebihan. Organisme Gardnerella bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu dan menjengkelkan.
Gejala
Seperti dilansir dari MedicineNet, Sabtu (19/6/2010), gejala bakterial vaginosis adalah vagina mengeluarkan cairan dan berbau, biasanya tidak disertai gejala lain. Banyak wanita dengan bakterial vaginosis sebenarnya tidak memiliki gejala sama sekali, tapi yang lain mengalami bau amis yang tidak menyenangkan dengan vagina.
Jumlah cairan vagina yang normal dapat bervariasi antara wanita satu dan lainnya. Cairan dari bakterial vaginosis biasanya tipis dan berwarna putih keabu-abuan, yang sering terjadi setelah hubungan seksual. Dalam kehamilan, bakterial vaginosis dapat menyebabkan kelahiran prematur, infeksi cairan ketuban, dan infeksi rahim setelah melahirkan.
Penyebab
Peneliti mengalami kesulitan menentukan penyebab dari bakterial vaginosis. Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama bakteri anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis dan pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan salah satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak diketahui.
Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat meningkatkan peluang terjadinya bakterial vaginosis, seperti berhubungan dengan banyak pria, merokok, pola makan tak sehat, kelelahan, menggunakan bahan kimia (cairan pembersih), atau obat-obatan tertentu.
Namun, peran aktivitas seksual dalam pengembangan kondisi ini tidak sepenuhnya dipahami, karena bakterial vaginosis juga dapat terjadi pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengobatan yang umum untuk bakterial vaginosis biasanya menggunakan antibiotik. Tapi bila Anda mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter maupun ke laboratorium untuk dapat memastikannya. Karena jika anda tidak aware terhadap hal ini, bisa jadi malah timbul hal hal yang tidak anda inginkan
Sumber : http://tepoci.blogspot.com/2010/07/bakteri-dalam-vagina-berlebih.html
No comments:
Post a Comment